KUBET – FSAI 2025 Hadir di 10 Kota Indonesia Sebagai Jembatan Persahabatan Australia dan Indonesia Lewat Industri Perfilman

FSAI 2025 Hadir di 10 Kota Indonesia Sebagai Jembatan Persahabatan Australia dan Indonesia Lewat Industri Perfilman

FSAI 2025 akan segera digelar di 10 kota Indonesia. (credit: Australian Embassy Jakarta)

Kapanlagi.com – Pada tahun 2025 ini, Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) genap memasuki usia satu dekade dalam menjadi wadah promosi film-film karya para sineas di Australia maupun Indonesia. Festival tersebut akan kembali hadir mewarnai dalam rangka mempererat hubungan diplomasi budaya antarkedua negara terhitung mulai dari tanggal 15 Mei hingga 14 Juni.

Sepuluh kota yang tersebar di seluruh Indonesia telah ditetapkan sebagai destinasi-destinasi perayaan FSAI 2025. Adapun daftar lengkap tempat tujuan pelaksanaan festival yang telah berusia 10 tahun itu meliputi Jakarta, Bandung, Denpasar, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Mataram, Makassar, Manado, hingga Padang.

“(Festival) ini bukan hanya tentang film, tetapi juga perayaan persahabatan. Film memiliki kekuatan luar biasa utk menyatukan perbedaan dan membuka ruang dialog. Di sinilah FSAI berperan membawa film-film Australia yang jarang ditayangkan secara komersial di bioskop-bioskop Indonesia langsung ke layar lebar.” Ungkap Rod Brazier, Duta Besar Australia untuk Indonesia saat memberikan sambutan pada press conference di hari Jumat (09/05/2025).

1. 5 Film Australia dan 2 Film Indonesia

Dalam menyelenggarakan festival mendatangnya, FSAI akan membawakan sebanyak lima film Australia dan dua film Indonesia berdurasi panjang. Tidak hanya tayangan berstatus full length, beberapa film pendek tanah air karya para peserta Australia Awards yang mengikuti pelatihan produksi film di Australia tahun ini pun turut ditayangkan pada acara tersebut.

FSAI 2025 juga dirancang memuat sejumlah workshop tentang penulisan naskah, penyutradaraan, teknologi baru, dan penggunaan media sosial bagi para pembuat film. Menurut pengakuan Dubes Rod Brazier, pakar film asal Australia, seperti Dr. Dean Chircop dan sutradara Adrian Powers, akan datang mengisi lokakarya-lokakarya yang ada di berbagai kota.

Baik genre horor hingga animasi akan menemani para penikmat film Australia maupun Indonesia di FSAI 2025. Jadwal lengkap dan pemesanan tiket diarahkan melalui laman resmi fsai.id. Berikut adalah deretan judul film panjang dan pendek yang akan naik layar nanti beserta keterangan genrenya.

Daftar Film Panjang

  • THE DRY (Australia) – Drama, Thriller
  • THE LOST TIGER (Australia) – Animasi, Petualangan, Film Keluarga
  • RUNT (Australia) – Drama
  • LATE NIGHT WITH THE DEVIL (Australia) – Horor, Cerita Menegangkan
  • A ROYAL IN PARADISE (Australia) – Drama, Komedi
  • HEARTBREAK MOTEL (Indonesia) – Drama
  • MENCURI RADEN SALEH (Indonesia) – Aksi, Drama

Daftar Film Pendek Indonesia

  • FILM WAJIB TONTON SEBELUM MATI – Drama
  • RIDE TO NOWHERE – Drama
  • RISAU (DO NOT ASK) – Drama, Cerita Menegangkan
  • TULAH TUNGU – Drama
  • KATA TUKANG TAHU KITA TAK BOLEH SOK TAHU – Drama, Komedi


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Kolaborasi Menuju Kerja Sama Ekonomi Kreatif

FSAI merupakan salah satu medium terbaik untuk memperkuat koneksi antarpembuat film, antarkomunitas, dan antarbudaya. Eksistensi budaya Indonesia maupun Australia dan industri film yang menarik mampu melahirkan ada potensi sangat besar bagi terjalinnya tali persahabatan antarkedua negara. Terlebih lagi, fenomena ‘market appetite‘ yang semakin menguat terhadap keragaman genre film, pendekatan naratif, hingga pengalaman sinematik dari berbagai karya anak bangsa turut memperkuat munculnya kemungkinan tersebut.

“Bersama-sama, industri kreatif kita (Australia dan Indonesia) berada pada posisi yang tepat untuk mengubah kolaborasi menjadi peluang kerja sama ekonomi ke depannya.” Ujar Dubes Australia untuk Indonesia di CGV Pacific Place.

3. FSAI Sebagai Jembatan Budaya Indonesia–Australia

Teuku Riefky Harsya mengungkapkan bahwa pihak Kemenekraf memiliki komitmen untuk selalu menguatkan ekosistem perfilman dan menjadikan industri kreatif sebagai ‘The New Engine of Growth‘ bagi perekonomian nasional. Melalui sejumlah master class yang disediakan dalam FSAI, festival tersebut diharapkan mampu menjadi platform pertukaran kreativitas yang produktif dan inklusif sehingga Indonesia dengan Australia tidak hanya berkolaborasi membuat karya-karya sinematik berkualitas tinggi, tetapi juga kompetitif nan relevan secara global.

“Kami (Kementerian Ekonomi Kreatif) melihat adanya ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, baik melalui pertukaran kreator, distribution, hingga eksplorasi co-production yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, FSAI menjadi strategic meeting point to enhance and sustainable collaboration between Indonesia and Australia film industry.” Timpal sang Menteri Ekonomi Kreatif.

4. ‘Soft Diplomacy’ Antarnegara

Sejak tahun 2018, pemerintah Indonesia dan Australia telah menandatangani kerja sama dalam hal pengembangan industri film juga broadcasting. Adanya skema ini membuat hubungan antara kedua negara menjadi erat dan melahirkan potensi ‘soft diplomacy‘ dalam masyarakat melalui industri-industri kreatif yang dapat dikembangkan, di antaranya seperti fashion, kuliner, dan film.

Sebelum menjalankan hubungan resmi antarnegara, seorang diplomat harus memiliki pemahaman terhadap budaya calon negara sahabatnya. Proses ini diperlukan agar para pelaku diplomasi dapat memberikan kinerja efektif sehingga tali silaturahmi yang sudah ada dapat terus terjalin.

“Jadi, pintu masuk untuk menjadi tertarik dengan suatu budaya adalah film, puisi, atau sastra. Itu sangat menjadi entry point utk menjadi pakar negara tetangga, misalnya Indonesia.” Tutur Rod Brazier.

5. Potensi Mengembangkan Animasi Bersama

Kesuksesan film JUMBO yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy tengah menjadi sorotan publik hingga saat ini. Pasalnya, film animasi rilisan tahun 2025 ini selangkah lebih dekat menuju 9 juta penonton di hari ke-40 penayangannya berdasarkan pengamatan Kemenekraf. Jumlah tersebut belum mencakup angka yang akan diperoleh ketika sudah tayang di 17 negara lain mulai bulan Juni mendatang dan calon penonton pada platform digital.

Meski perkembangan kualitas industri animasi di Indonesia kini melesat tinggi, Menekraf Teuku Riefky Harsya menilai bahwa kemampuan para filmmaker di Australia lebih maju. Animator-animator di Negara Kanguru itu sudah menguasai teknologi, mutu, dan keahlian-keahlian lainnya. Hal ini pun menjadi sebuah kesempatan bagi pelaku animasi Indonesia dan Australia berkolaborasi untuk mengembangkan ranah tersebut.

“Sebelum co-production juga bisa diteruskan yang telah FSAI lakukan, skalanya kita besarkan bagaimana workshop pelatihan antara animator Indonesia dan animator Australia, kemudian bisa ditingkatkan magangnya antaranimator Indonesia di Australia atau mungkin yang di Australia juga ke Indonesia. Selain magang, mungkin juga belajar culture antarnegara, kemudian di tahap pebisnisnya, film industry-nya, itu juga bisa bertemu antarpraktisi profesionalnya, berikutnya juga antarinverstornya.” Ujar Riefky.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *