
Ilustrasi tidur (hak cipta/canva)
Kapanlagi.com – Tidur di bulan Ramadhan, terutama saat berpuasa, sering kali dianggap sebagai aktivitas yang tidak ada hubungannya dengan ibadah. Banyak orang berpikir bahwa tidur hanyalah waktu untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah setelah beraktivitas seharian. Namun, tahukah Anda? Tidur saat berpuasa, jika dilakukan dengan niat yang tulus, bisa menjadi amalan yang mendatangkan pahala yang berlimpah!
Setiap amal perbuatan dalam Islam bisa berubah menjadi ibadah jika didasari oleh niat yang ikhlas dan tujuan yang sejalan dengan syariat. Namun, tidak semua tidur dapat dianggap sebagai ibadah. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar tidur di bulan puasa bisa menjadi bagian dari amal kebaikan.
Tidur yang dilakukan hanya untuk bermalas-malasan atau menghindari kewajiban ibadah tentu tidak akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, jika tidur itu diniatkan untuk mengumpulkan energi dalam menjalankan ibadah puasa dan beribadah dengan lebih baik, maka tidur tersebut akan menjadi amal yang diridhoi oleh Allah SWT.
Advertisement
Lalu, apa saja syarat-syarat yang menjadikan tidur di bulan Ramadhan bernilai ibadah? Mari kita simak penjelasan selengkapnya yang dikutip Kapanlagi.com dari laman muslimahdaily.com.
1. Tidur yang Bernilai Ibadah di Bulan Ramadhan
Tidur di bulan Ramadhan bukan sekadar aktivitas biasa jika diniatkan dengan tulus, ia bisa menjadi ladang pahala yang berlimpah.
Para ulama menjelaskan bahwa setiap tindakan yang bersifat mubah, seperti makan, tidur, dan berhubungan suami istri, dapat berubah menjadi ibadah saat kita niatkan untuk meraih ridha Allah.
Sebagaimana dinyatakan oleh An Nawawi, perbuatan mubah yang dimaksudkan untuk mengharapkan wajah Allah akan bertransformasi menjadi ketaatan yang berbuah ganjaran.
Tidur yang kita lakukan dengan tujuan memperkuat semangat dalam menjalankan ibadah puasa jelas bernilai ibadah, berbeda dengan tidur yang hanya untuk bermalas-malasan.
Tidur juga merupakan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, seperti yang diungkapkan dalam hadits tentang qailulah, yaitu tidur siang yang dianjurkan karena setan tidak mengambil kesempatan di waktu tersebut.
Dengan demikian, tidur siang menjadi sunnah yang tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan bagi siapa saja yang mampu dan memiliki kesempatan untuk melaksanakannya.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Tidurnya Rasulullah
Rasulullah SAW memiliki kebiasaan yang menyehatkan dan penuh makna sebelum tidur. Beliau biasanya tidur di awal malam dan bangun di akhir malam untuk melaksanakan sholat.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi mengajarkan agar kita tidur dalam keadaan berwudhu, berbaring di sisi kanan, dan menyebut nama Allah dengan meniupkan kedua telapak tangan yang telah dibacakan surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas.
Kebiasaan ini tidak hanya memberikan ketenangan, tetapi juga memudahkan kita untuk bangun sholat malam. Tidur di sisi kanan, menurut Ibnul Qayyim, lebih bermanfaat bagi kesehatan jantung dan membantu kita terhindar dari rasa malas.
Dengan mengikuti sunnah ini, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh kita.
Advertisement
3. Membaca Ayat Kursi sebelum Tidur
Dalam sebuah kisah yang penuh hikmah, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan pengalamannya saat ditugaskan menjaga harta zakat Ramadhan.
Suatu ketika, seorang pencuri mencoba mengambil makanan, namun dengan sigap ia berhasil merebut kembali barang yang dicuri dan mengancam akan melaporkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Namun, si pencuri itu memberikan nasihat yang mengejutkan, “Bacalah ayat Al Kursi sebelum tidur, maka Allah akan menjagamu dari gangguan syetan hingga pagi.” Nabi pun mengonfirmasi, “Apa yang dikatakannya benar, meski ia seorang pendusta.”
Dalam suasana yang sama, Hudzaifah juga mengisahkan kebiasaan Nabi sebelum tidur, di mana beliau mengucapkan doa yang indah, “Dengan nama-Mu, Ya Allah, aku mati dan aku hidup,” dan saat bangun, beliau bersyukur dengan ungkapan pujian kepada Allah yang telah menghidupkan kembali setelah mati.
Kisah ini tidak hanya mengajarkan kita tentang pentingnya doa, tetapi juga tentang cara Allah menjaga hamba-Nya dari segala keburukan. Wallahu a’lam.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)