
Gerhana Matahari Menurut Primbon Jawa (credit: unsplash)
Kapanlagi.com – Matahari, sang raja di langit kita, bukan hanya sekadar sumber cahaya dan panas yang menghidupi Bumi, tetapi juga memiliki kisah hidup yang menarik. Seperti bintang lainnya, ia pun menjalani siklus kehidupan yang akan membawanya pada akhir yang tak terhindarkan.
Para ilmuwan memperkirakan, dalam waktu sekitar 5 miliar tahun ke depan, Matahari akan mengalami transformasi dramatis yang akan mengubahnya menjadi sosok yang jauh berbeda dari yang kita kenal saat ini. Saat ini, Matahari terus membakar hidrogen di intinya, menciptakan energi yang menjadi penyokong kehidupan.
Namun, ketika cadangan hidrogennya habis, bintang ini akan memasuki fase perubahan yang luar biasa. Proses ini akan melibatkan ekspansi besar-besaran yang dapat berdampak signifikan pada planet-planet di sekitarnya, termasuk Bumi tercinta kita.
Astronom Albert Zijlstra dari University of Manchester menjelaskan, “Ketika sebuah bintang mencapai akhir hidupnya, ia akan melepaskan massa gas dan debu ke luar angkasa, yang dikenal sebagai selubung bintang. Ini bisa mencapai setengah dari total massa bintang.” Begitu menawannya, bukan? Sebuah perjalanan yang akan mengubah wajah tata surya kita selamanya!
Yuk simak ulasan lengkapnya dibawah ini, dilansir Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Jum’at (28/2/2025).
Advertisement
1. Tahap Pertama: Matahari Memasuki Fase Raksasa Merah
Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun ke depan, Matahari, bintang yang menjadi sumber kehidupan bagi Bumi, akan menghadapi nasib yang dramatis: kehabisan hidrogen sebagai bahan bakar utama.
Saat saat itu tiba, inti Matahari akan menyusut di bawah tekanan gravitasi, sementara lapisan luar akan mengembang dengan megah, menjadikannya raksasa merah yang mengerikan.
Dalam fase ini, ukuran Matahari akan meningkat lebih dari 200 kali lipat, cukup besar untuk menelan planet-planet terdekat seperti Merkurius dan Venus.
Beberapa ilmuwan bahkan memperingatkan bahwa Bumi bisa saja terjebak dalam pelukan bintang raksasa ini.
Namun, jika Bumi berhasil selamat dari bencana tersebut, ia tetap akan mengalami suhu yang membara akibat radiasi Matahari yang meningkat, menguapkan lautan, menghancurkan atmosfer, dan menghapus semua jejak kehidupan, menjadikannya planet kering dan tandus seperti Mars.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Tahap Kedua: Matahari Kehilangan Lapisan Atmosfernya
Seiring berjalannya waktu, Matahari kita akan mengalami transformasi menakjubkan dengan kehilangan massa melalui angin bintang yang sangat kuat.
Material yang terlepas dari lapisan luar ini akan menyebar ke angkasa, membentuk nebula planet yang kaya akan unsur-unsur penting seperti karbon dan oksigen.
Fenomena megah ini tidak hanya terjadi pada Matahari, tetapi juga pada banyak bintang lain yang telah mencapai tahap akhir perjalanan hidupnya.
Para ilmuwan meyakini bahwa nebula planet ini bisa menjadi rahim bagi bintang-bintang baru yang akan bersinar di jagat raya di masa depan.
Advertisement
3. Tahap Ketiga: Matahari Menjadi Kerdil Putih
Setelah kehilangan atmosfernya, Matahari akan menjalani fase akhir yang dramatis sebagai kerdil putih sebuah inti panas yang tersisa setelah habisnya semua bahan bakar nuklirnya.
Meskipun ukurannya akan menyusut hingga seukuran Bumi, kerapatannya akan mencapai tingkat yang luar biasa. Pada saat itu, Matahari tidak akan lagi memproduksi energi melalui reaksi fusi, melainkan akan mendingin perlahan selama miliaran tahun ke depan.
Tanpa sumber panas dan energi yang memadai, Bumi akan berubah menjadi batuan dingin yang mengorbit Matahari yang telah mati, menjadikannya dunia gelap dan beku, tanpa atmosfer, air, atau kehidupan.
Nasib serupa juga akan menimpa planet-planet lain di tata surya kita, meskipun beberapa raksasa gas seperti Jupiter dan Saturnus mungkin akan tetap bertahan dalam bentuk yang lebih ringan akibat hilangnya massa Matahari.
4. Apa yang Terjadi Selanjutnya? Apakah Ada Harapan untuk Tata Surya?
Meskipun Matahari kita akan menghadapi akhir hayatnya, sisa-sisa material yang terlepas dapat menjadi benih bagi kelahiran bintang dan planet baru di masa depan.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, nebula yang terbentuk dari puing-puing Matahari berpotensi mengalami kolaps gravitasi dan menciptakan sistem bintang baru yang megah.
Namun, harapan untuk menghidupkan kembali tata surya kita tampaknya sirna planet-planet yang tersisa kemungkinan besar akan menjadi dingin dan mati, berputar tanpa arah di sekitar kerdil putih yang semakin meredup.
Di luar sana, kehidupan yang mungkin masih ada harus berjuang untuk bertahan di luar jangkauan sistem ini.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)