KUBET – Jelajahi Penyebab Tantrum pada Anak, Kapan Saatnya Mencari Bantuan Profesional?

Jelajahi Penyebab Tantrum pada Anak, Kapan Saatnya Mencari Bantuan Profesional?

Ilustrasi Anak Tantrum

Kapanlagi.com – Tantrum pada anak sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi orang tua. Namun, tahukah Anda bahwa ini adalah bagian alami dari perjalanan emosional mereka? Tantrum adalah ekspresi emosi yang menggelegak, muncul dalam ledakan kemarahan atau frustrasi yang tak terkontrol, seperti teriakan, tendangan, atau tangisan yang penuh semangat.

Bagi anak-anak, terutama balita, tantrum adalah cara mereka untuk menyampaikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Menurut Cleveland Clinic, tantrum bisa muncul dalam berbagai bentuk, baik fisik maupun verbal, atau bahkan kombinasi keduanya.

Perilaku ini biasanya terjadi ketika si kecil kesulitan mengungkapkan keinginannya atau berusaha menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Meski tantrum umumnya akan berkurang seiring bertambahnya usia, orang tua tetap harus waspada. Jika tantrum terjadi terlalu sering, berlangsung lama, atau semakin intens, itu bisa menjadi tanda bahwa ada yang perlu diperhatikan lebih lanjut.

Jadi, mari kita pahami dan dampingi anak-anak kita dalam fase perkembangan emosional mereka ini, Kapanlagi.com dari berbagai sumber, Rabu(19/2/2025).

1. Frustrasi Akibat Keterbatasan Komunikasi

Balita sering kali terjebak dalam lautan frustrasi, berjuang untuk mengekspresikan keinginan mereka yang tulus karena keterbatasan bahasa yang dimiliki.

Ketidakmampuan ini sering kali memicu tantrum, saat mereka merasa kecewa karena orang dewasa tak dapat memahami harapan mereka.

Seiring bertambahnya usia, anak-anak mulai mendambakan kebebasan dan kemandirian, tetapi ketika keinginan untuk melakukan segalanya sendiri terhalang, tantrum pun muncul sebagai reaksi terhadap batasan yang mereka rasakan.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Mencari Perhatian dari Orang Tua atau Pengasuh

Tantrum sering kali menjadi “sinyal darurat” bagi anak untuk meminta perhatian orang tua mereka.

Ketika merasa diabaikan, ledakan emosi ini bisa jadi cara yang cukup efektif meskipun kurang positif untuk menarik perhatian orang dewasa di sekitarnya.

Di fase perkembangan ini, anak-anak memang memiliki kebutuhan alami untuk diperhatikan lebih intensif.

Jika tantrum sebelumnya berhasil membuat orang tua atau pengasuh memenuhi keinginannya, mereka cenderung mengulanginya.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami pola ini dan merespons dengan bijak, agar tidak terbentuk kebiasaan yang sulit diubah di kemudian hari.

3. Menghindari Kewajiban atau Kegiatan yang Tidak Disukai

Di usia yang masih belia, anak-anak tengah berjuang untuk beradaptasi dengan berbagai rutinitas dan tanggung jawab, seperti merapikan mainan atau beristirahat siang.

Namun, saat dihadapkan pada aktivitas yang kurang mereka sukai, seringkali mereka meluapkan emosi melalui tantrum sebagai cara untuk menghindar.

Tak jarang, tantrum ini muncul ketika mereka merasa tertekan atau kewalahan, terutama jika tugas yang dihadapi terasa terlalu sulit atau mereka sedang tidak dalam kondisi fisik yang prima untuk melakukannya.

4. Faktor Fisik Seperti Kelaparan dan Kelelahan

Kelelahan dan kelaparan sering kali menjadi biang keladi dari tantrum yang meletus pada anak-anak, terutama balita.

Saat tubuh mereka kehabisan energi atau perutnya keroncongan, kestabilan emosi pun bisa terguncang, membuat si kecil lebih gampang marah dan frustrasi.

Ketika lapar atau lelah, mereka menjadi lebih sensitif terhadap ketidaknyamanan yang bisa memicu ledakan emosi.

Maka dari itu, menjaga rutinitas makan dan waktu istirahat yang cukup bagi anak sangatlah krusial untuk mencegah tantrum yang berlebihan.

5. Tanda Tantrum Anak yang Memerlukan Bantuan Profesional

Tantrum pada anak dapat menjadi sinyal penting yang tidak boleh diabaikan, terutama jika terjadi dengan intensitas tinggi atau berlanjut setelah usia di mana mereka seharusnya lebih mampu mengendalikan emosi.

Menurut Hopkins Medicine, tantrum yang berkepanjangan atau disertai gejala tertentu bisa menunjukkan masalah perkembangan emosional.

Tanda-tanda yang memerlukan konsultasi profesional meliputi: tantrum yang terus berlanjut atau semakin parah setelah usia 4 tahun, ledakan emosi berulang yang sulit diredakan, perilaku berbahaya, agresi ekstrem, penahanan napas, serta keluhan fisik saat tantrum.

Jika anak kesulitan mengelola emosi yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya segera mencari bantuan ahli.

6. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Penyebab Anak Tantrum

Apakah tantrum pada anak itu wajar? Tentu saja! Tantrum merupakan fase alami dalam perkembangan emosi anak, terutama saat mereka berusia antara 1 hingga 4 tahun.

Seiring waktu, seiring bertambahnya usia dan kematangan emosional, intensitas tantrum ini umumnya akan berkurang, memberikan harapan bagi para orang tua bahwa ini adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang normal.

7. Kapan sebaiknya orang tua mengkhawatirkan tantrum anak?

Para orang tua sebaiknya waspada jika si kecil mengalami tantrum yang berlangsung lebih dari 15 menit, sering terjadi dalam satu hari, atau jika kemarahan tersebut tetap intens meski anak sudah berusia lebih dari 4 tahun.

Hal ini bisa menjadi sinyal bahwa mereka membutuhkan perhatian dan pendekatan yang lebih khusus untuk membantu mengatasi emosi yang meluap-luap.

8. Bagaimana cara mengatasi tantrum pada anak?

Para orang tua dapat mencoba berbagai teknik menenangkan yang efektif, seperti memberikan pelukan hangat yang penuh kasih, mengalihkan perhatian si kecil dengan aktivitas seru, atau memberikan jeda waktu yang sejenak agar mereka bisa menenangkan diri.

Dengan pendekatan yang lembut ini, suasana hati anak dapat kembali ceria dan tenang.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *