KUBET – Sinopsis MINECRAFT MOVIE yang Siap Tayang 4 April 2025

Sinopsis MINECRAFT MOVIE yang Siap Tayang 4 April 2025

MINECRAFT MOVIE yang Siap Tayang April 2025 (Sumber: imdb)

Para penggemar Minecraft akhirnya dapat bersiap untuk menyaksikan dunia kubik favorit mereka diangkat ke layar lebar! Adaptasi film dari permainan fenomenal ini akan segera tayang dan menjanjikan sebuah kisah penuh aksi, petualangan, serta kreativitas tanpa batas, persis seperti pengalaman bermain gamenya.

Dijadwalkan rilis pada 4 April 2025, A Minecraft Movie siap membawa penonton ke dalam dunia yang dipenuhi dengan blok-blok ikonik, tantangan seru, dan eksplorasi tanpa henti. Dengan elemen khas dari gimnya, film ini akan menghadirkan sebuah perjalanan yang menggabungkan imajinasi, keberanian, dan kejutan tak terduga yang akan memikat baik penggemar lama maupun penonton baru.

Sebelum menonton film yang akan tayang nanti, simak sinopsisnya yang telah dirangkum pada Kamis (3/4/2025).

1. Sinopsis A Minecraft Movie

Film ini membawa penonton ke dalam dunia Minecraft, di mana kreativitas tidak hanya digunakan untuk membangun, tetapi juga menjadi kunci utama untuk bertahan hidup. Kisahnya berpusat pada empat orang dengan kehidupan biasa yang tiba-tiba berubah drastis.

Mereka adalah Garrett “The Garbage Man” Garrison (Jason Momoa), Henry (Sebastian Eugene Hansen), Natalie (Emma Myers), dan Dawn (Danielle Brooks). Kehidupan sehari-hari mereka mendadak terguncang ketika sebuah portal misterius menarik mereka ke dalam dunia Overworld, dunia khas Minecraft yang penuh dengan keajaiban dan tantangan.

Di dunia baru yang asing ini, mereka harus menghadapi berbagai rintangan untuk menemukan jalan pulang, termasuk bertahan dari serangan Piglins dan Zombies yang mengintai di setiap sudut. Namun, mereka tidak sendiri. Dalam perjalanan ini, mereka bertemu dengan sosok yang tak terduga—Steve (Jack Black), seorang ahli pembangun yang menjadi mentor sekaligus rekan seperjuangan mereka.

Bersama-sama, mereka harus mempelajari cara bertahan di dunia Minecraft, mengasah kreativitas mereka, dan menemukan keberanian yang selama ini tersembunyi dalam diri mereka. Dengan bahaya yang semakin mendekat, mampukah mereka kembali ke dunia asal mereka sebelum semuanya terlambat?


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Perjalanan Panjang di Balik Produksi Film Minecraft

Rencana adaptasi Minecraft ke layar lebar pertama kali mencuat pada Februari 2014, ketika sang kreator, Markus Persson, mengungkapkan bahwa Mojang tengah berdiskusi dengan Warner Bros. Pictures untuk membawa dunia kubik ikonik ini ke dalam format film. Sejak saat itu, perjalanan produksinya mengalami berbagai perubahan, termasuk pergantian sutradara dan penulis naskah yang cukup sering terjadi.

Sejumlah nama besar sempat terlibat dalam proyek ini, di antaranya Shawn Levy, Rob McElhenney, dan Peter Sollett sebagai sutradara yang pernah dikaitkan dengan film ini. Begitu pula dengan para penulis naskah seperti Kieran dan Michele Mulroney, Jason Fuchs, Aaron dan Adam Nee, serta Allison Schroeder, yang turut mengembangkan berbagai versi cerita. Namun, titik terang akhirnya muncul pada April 2022, ketika Legendary Entertainment resmi bergabung, dan proyek ini akhirnya mendapatkan kepastian dengan penunjukan Jared Hess sebagai sutradara serta Jason Momoa sebagai salah satu pemeran utama.

Setelah melewati berbagai tahap perencanaan dan pengembangan, proses syuting utama akhirnya dimulai di Selandia Baru pada Mei 2023 dan rampung pada pertengahan April 2024. Dengan jajaran pemeran yang solid, cerita yang menarik, serta visual dunia Minecraft yang unik, film ini siap memberikan pengalaman sinematik yang segar dan penuh petualangan bagi para penggemar setia maupun penonton baru.

3. Jajaran Bintang yang Menghidupkan Film Minecraft

Film Minecraft bukan hanya menawarkan dunia yang penuh kreativitas dan petualangan, tetapi juga diperkuat dengan kehadiran aktor-aktor ternama yang siap membawakan karakter-karakter dalam kisah ini dengan penuh energi dan pesona. Dengan kombinasi talenta dari berbagai genre, adaptasi ini diharapkan dapat menghadirkan pengalaman sinematik yang imersif bagi para penggemar gim maupun penonton baru.

Salah satu aktor utama dalam film ini adalah Jason Momoa, yang berperan sebagai Garrett “The Garbage Man” Garrison. Dikenal lewat perannya dalam Aquaman dan Dune, Momoa memiliki kharisma dan energi yang cocok untuk memimpin petualangan di dunia Overworld. Bergabung dengannya adalah Jack Black, yang memerankan Steve, salah satu karakter paling ikonik dari gim Minecraft. Dengan latar belakangnya dalam film komedi dan musikal, Black kemungkinan akan memberikan sentuhan humor serta keseruan tersendiri dalam perjalanan karakter utamanya.

Selain itu, film ini juga menampilkan Emma Myers sebagai Natalie, Danielle Brooks sebagai Dawn, dan Sebastian Eugene Hansen sebagai Henry. Ketiga karakter ini, bersama dengan Garrett, akan menghadapi berbagai tantangan dalam dunia Minecraft, termasuk bertarung melawan musuh-musuh berbahaya serta mencari jalan untuk kembali ke dunia nyata.

Tak hanya deretan aktor utama, film ini juga diperkuat dengan kehadiran Jennifer Coolidge, yang memerankan Wakil Kepala Sekolah Marlene. Coolidge, yang dikenal dengan aktingnya yang ikonik dan penuh karakter, diperkirakan akan membawa dinamika menarik dalam bagian awal cerita sebelum para karakter utama terjebak di dunia Minecraft. Sementara itu, Rachel House berperan sebagai Malgosha, karakter yang masih penuh misteri namun diperkirakan memiliki peran penting dalam perkembangan cerita.

Film ini semakin menarik dengan tambahan Matt Berry, Kate McKinnon, dan Jemaine Clement, yang dikonfirmasi bergabung dalam proyek ini meskipun peran mereka masih dirahasiakan. Sebagai kejutan tambahan, Valkyrae, seorang YouTuber populer di dunia gaming, juga akan muncul dalam sebuah cameo spesial, memberikan sentuhan unik bagi para penggemar Minecraft yang juga mengikuti dunia konten kreator.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia memiliki akar yang kompleks, dipengaruhi oleh ag

Kapanlagi.com – Lebaran, atau Idul Fitri, merupakan momen yang sangat dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan ini adalah mengenakan baju baru. Namun, tahukah kamu bahwa tradisi ini memiliki asal-usul yang cukup menarik?

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga mengandung nilai-nilai yang dalam. Pengaruh agama, budaya lokal, sejarah, dan dinamika ekonomi modern telah membentuk kebiasaan ini menjadi sesuatu yang istimewa. Setiap tahun, masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru menjelang Lebaran, dan ini bukan tanpa alasan.

Ajaran Islam menganjurkan kebersihan dan kerapian, terutama pada hari raya. Dalam hadis, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan hari raya. Hal ini menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk selalu tampil bersih dan rapi, yang kemudian berkembang menjadi tradisi memakai baju baru saat Lebaran.

1. Pengaruh Agama dan Budaya Nusantara

Dikutip dari merdeka.com, Tradisi mengenakan baju baru saat Idul Fitri ternyata sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten pada tahun 1596, seperti yang tercatat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia oleh Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. Pada masa itu, hanya kalangan kerajaan yang mampu membeli pakaian bagus untuk merayakan Lebaran, sementara rakyat biasa harus menjahit pakaian mereka sendiri.

Menjelang hari raya, fenomena menarik terjadi ketika sejumlah petani beralih profesi menjadi penjahit dalam waktu singkat, memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat pakaian baru bagi masyarakat yang ingin tampil lebih baik saat Idul Fitri. Tradisi ini memiliki akar yang dalam di masyarakat Indonesia. Sebelum pengaruh luar datang, masyarakat, terutama petani, hanya mampu membeli atau membuat pakaian baru setahun sekali, bertepatan dengan hari raya.

Kebiasaan ini kemudian menjadi tradisi turun-temurun yang terus dilestarikan hingga saat ini. Pengaruh agama juga sangat kuat dalam tradisi ini, di mana ajaran Islam mendorong umatnya untuk merayakan hari raya dengan penuh suka cita, termasuk dalam hal penampilan. Kerapian dan kebersihan menjadi simbol penghormatan terhadap hari besar tersebut. Sebelum masa kolonial, masyarakat Indonesia sudah memiliki tradisi berpakaian baru saat merayakan hari raya, mencerminkan kebudayaan lokal yang kaya dan beragam.

Jika dihitung dari 1596 hingga 2025, tradisi baju baru saat Lebaran di Kesultanan Banten sudah berlangsung selama 429 tahun. Namun, perlu diingat bahwa catatan-catatan ini mungkin tidak merepresentasikan seluruh masyarakat Indonesia pada masa itu. Iklan dan media massa juga berperan dalam memperkuat tradisi ini dengan menciptakan ‘mitos’ baju baru sebagai simbol kasih sayang dan kebahagiaan Lebaran.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Pengaruh Kolonial dan Era Modern

Pada masa kolonial, tradisi memakai pakaian terbaik saat Lebaran mulai menunjukkan status sosial, terutama di kalangan bangsawan dan priyayi. Memakai pakaian baru menjadi simbol status yang kemudian menyebar ke masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya berkaitan dengan agama, tetapi juga dengan stratifikasi sosial.

Fenomena serupa juga terjadi di Kerajaan Mataram Baru Yogyakarta. Menjelang Idul Fitri, masyarakat Yogyakarta beramai-ramai mencari pakaian baru, baik dengan membeli maupun menjahit sendiri. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kebiasaan mengenakan baju baru saat lebaran telah tersebar di berbagai daerah sejak masa lampau.

Di era modern, industri fesyen dan promosi besar-besaran menjelang Lebaran semakin memperkuat tradisi ini. Diskon dan tren mode mendorong masyarakat untuk membeli baju baru, meskipun sebenarnya tidak ada keharusan agama untuk melakukannya. Masyarakat terjebak dalam siklus konsumerisme yang semakin meningkat.

3. Makna dan Esensi Tradisi Baju Baru

Meskipun terkadang dikaitkan dengan konsumerisme, makna dari tradisi memakai baju baru tetap positif. Tradisi ini melambangkan semangat baru, kesucian, dan perayaan kemenangan setelah bulan Ramadan. Baju baru menjadi simbol penghormatan terhadap hari raya dan kesempatan untuk memperbarui penampilan.

Tradisi ini juga menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman. Baju baru menjadi simbol kasih sayang, di mana banyak orang memilih untuk membeli pakaian baru sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan.

4. Tradisi Memakai Baju Baru: Sunnah atau Kebiasaan?

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata,”Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan. (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Tradisi mengenakan pakaian baru saat Lebaran sering kali dianggap sebagai bagian dari sunnah, meskipun sebenarnya tidak ada kewajiban bagi umat Muslim untuk membeli pakaian baru pada momen tersebut. Banyak di antara kita yang memilih untuk mengenakan pakaian yang sudah ada di lemari.

Namun, tradisi ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia, menambah semarak dan keceriaan suasana. Dalam Al-Qur’an, meskipun tidak ada perintah khusus untuk mengenakan pakaian baru saat Lebaran, ada ayat yang menekankan pentingnya berpakaian dengan baik, terutama saat beribadah.

Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 31:

Artinya: Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Ayat ini mengingatkan kita untuk tampil rapi dan sopan, terutama saat beribadah. Ini dapat diartikan sebagai anjuran untuk mengenakan pakaian terbaik yang kita miliki, termasuk saat merayakan hari-hari besar seperti Lebaran. Dengan demikian, meskipun tidak ada kewajiban untuk membeli pakaian baru, mengenakan pakaian terbaik kita saat Lebaran bisa menjadi wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap hari yang suci ini.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia memiliki akar yang kompleks, dipengaruhi oleh ag

Kapanlagi.com – Lebaran, atau Idul Fitri, merupakan momen yang sangat dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan ini adalah mengenakan baju baru. Namun, tahukah kamu bahwa tradisi ini memiliki asal-usul yang cukup menarik?

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga mengandung nilai-nilai yang dalam. Pengaruh agama, budaya lokal, sejarah, dan dinamika ekonomi modern telah membentuk kebiasaan ini menjadi sesuatu yang istimewa. Setiap tahun, masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru menjelang Lebaran, dan ini bukan tanpa alasan.

Ajaran Islam menganjurkan kebersihan dan kerapian, terutama pada hari raya. Dalam hadis, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan hari raya. Hal ini menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk selalu tampil bersih dan rapi, yang kemudian berkembang menjadi tradisi memakai baju baru saat Lebaran.

1. Pengaruh Agama dan Budaya Nusantara

Dikutip dari merdeka.com, Tradisi mengenakan baju baru saat Idul Fitri ternyata sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten pada tahun 1596, seperti yang tercatat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia oleh Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. Pada masa itu, hanya kalangan kerajaan yang mampu membeli pakaian bagus untuk merayakan Lebaran, sementara rakyat biasa harus menjahit pakaian mereka sendiri.

Menjelang hari raya, fenomena menarik terjadi ketika sejumlah petani beralih profesi menjadi penjahit dalam waktu singkat, memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat pakaian baru bagi masyarakat yang ingin tampil lebih baik saat Idul Fitri. Tradisi ini memiliki akar yang dalam di masyarakat Indonesia. Sebelum pengaruh luar datang, masyarakat, terutama petani, hanya mampu membeli atau membuat pakaian baru setahun sekali, bertepatan dengan hari raya.

Kebiasaan ini kemudian menjadi tradisi turun-temurun yang terus dilestarikan hingga saat ini. Pengaruh agama juga sangat kuat dalam tradisi ini, di mana ajaran Islam mendorong umatnya untuk merayakan hari raya dengan penuh suka cita, termasuk dalam hal penampilan. Kerapian dan kebersihan menjadi simbol penghormatan terhadap hari besar tersebut. Sebelum masa kolonial, masyarakat Indonesia sudah memiliki tradisi berpakaian baru saat merayakan hari raya, mencerminkan kebudayaan lokal yang kaya dan beragam.

Jika dihitung dari 1596 hingga 2025, tradisi baju baru saat Lebaran di Kesultanan Banten sudah berlangsung selama 429 tahun. Namun, perlu diingat bahwa catatan-catatan ini mungkin tidak merepresentasikan seluruh masyarakat Indonesia pada masa itu. Iklan dan media massa juga berperan dalam memperkuat tradisi ini dengan menciptakan ‘mitos’ baju baru sebagai simbol kasih sayang dan kebahagiaan Lebaran.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Pengaruh Kolonial dan Era Modern

Pada masa kolonial, tradisi memakai pakaian terbaik saat Lebaran mulai menunjukkan status sosial, terutama di kalangan bangsawan dan priyayi. Memakai pakaian baru menjadi simbol status yang kemudian menyebar ke masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya berkaitan dengan agama, tetapi juga dengan stratifikasi sosial.

Fenomena serupa juga terjadi di Kerajaan Mataram Baru Yogyakarta. Menjelang Idul Fitri, masyarakat Yogyakarta beramai-ramai mencari pakaian baru, baik dengan membeli maupun menjahit sendiri. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kebiasaan mengenakan baju baru saat lebaran telah tersebar di berbagai daerah sejak masa lampau.

Di era modern, industri fesyen dan promosi besar-besaran menjelang Lebaran semakin memperkuat tradisi ini. Diskon dan tren mode mendorong masyarakat untuk membeli baju baru, meskipun sebenarnya tidak ada keharusan agama untuk melakukannya. Masyarakat terjebak dalam siklus konsumerisme yang semakin meningkat.

3. Makna dan Esensi Tradisi Baju Baru

Meskipun terkadang dikaitkan dengan konsumerisme, makna dari tradisi memakai baju baru tetap positif. Tradisi ini melambangkan semangat baru, kesucian, dan perayaan kemenangan setelah bulan Ramadan. Baju baru menjadi simbol penghormatan terhadap hari raya dan kesempatan untuk memperbarui penampilan.

Tradisi ini juga menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman. Baju baru menjadi simbol kasih sayang, di mana banyak orang memilih untuk membeli pakaian baru sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan.

4. Tradisi Memakai Baju Baru: Sunnah atau Kebiasaan?

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata,”Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan. (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Tradisi mengenakan pakaian baru saat Lebaran sering kali dianggap sebagai bagian dari sunnah, meskipun sebenarnya tidak ada kewajiban bagi umat Muslim untuk membeli pakaian baru pada momen tersebut. Banyak di antara kita yang memilih untuk mengenakan pakaian yang sudah ada di lemari.

Namun, tradisi ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia, menambah semarak dan keceriaan suasana. Dalam Al-Qur’an, meskipun tidak ada perintah khusus untuk mengenakan pakaian baru saat Lebaran, ada ayat yang menekankan pentingnya berpakaian dengan baik, terutama saat beribadah.

Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 31:

Artinya: Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Ayat ini mengingatkan kita untuk tampil rapi dan sopan, terutama saat beribadah. Ini dapat diartikan sebagai anjuran untuk mengenakan pakaian terbaik yang kita miliki, termasuk saat merayakan hari-hari besar seperti Lebaran. Dengan demikian, meskipun tidak ada kewajiban untuk membeli pakaian baru, mengenakan pakaian terbaik kita saat Lebaran bisa menjadi wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap hari yang suci ini.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – ‘Bohemian’, Tema Fashion Unik yang Lagi Ngetrend di Hari Lebaran Para Selebriti

'Bohemian', Tema Fashion Unik yang Lagi Ngetrend di Hari Lebaran Para Selebriti

Credit foto: instagram.com/kepompong.kupukupu

Kapanlagi.com – Lebaran bukan hanya soal berkumpul dengan keluarga, tetapi juga tentang bagaimana tampil memukau dengan outfit yang stylish. Di tengah hiruk-pikuk persiapan Lebaran, satu tema fashion yang mencuri perhatian adalah gaya bohemian yang diusung oleh brand Kepompong Kupu-Kupu. Brand ini berhasil menyajikan koleksi yang bukan hanya menarik, tetapi juga sesuai dengan selera berbagai generasi.

Dengan desain yang inovatif dan warna-warna fresh, Kepompong Kupu-Kupu telah menjadi langganan para selebriti dan pecinta fashion Tanah Air. Dari generasi Baby Boomer hingga Gen Z, semua terpesona dengan sentuhan unik yang ditawarkan oleh brand ini. Gaya bohemian yang ditampilkan tidak hanya memberikan kesan santai, tetapi juga tetap elegan untuk momen spesial seperti Lebaran.

Tak hanya itu, sister brand dari Kepompong Kupu-Kupu, BAGSI, juga ikut meramaikan tren ini dengan koleksi tas pesta yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan sisa bahan dari koleksi sebelumnya, BAGSI menerapkan konsep fashion berkelanjutan yang sangat relevan di era modern ini.

1. Mengapa Kepompong Kupu-Kupu Menjadi Pilihan Selebriti?

Kepompong Kupu-Kupu berhasil menciptakan tren fashion bohemian yang unik dan berkarakter. Desain-desain mereka selalu menghadirkan elemen yang fresh dan inovatif, menjadikannya berbeda dari brand lain. Selain itu, warna-warna yang ditawarkan tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi lebih pada menciptakan keunikan yang bisa dikenakan oleh siapa saja.

Para selebriti pun tak ragu untuk mengenakan koleksi dari Kepompong Kupu-Kupu. Mereka mengapresiasi bagaimana brand ini mampu menciptakan busana yang tidak hanya stylish, tetapi juga nyaman digunakan saat merayakan Lebaran. Gaya bohemian yang diusung, dengan sentuhan glamor yang tidak berlebihan, membuat mereka tampil lebih chic dan elegan.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. BAGSI dan Konsep Fashion Berkelanjutan

BAGSI sebagai sister brand dari Kepompong Kupu-Kupu membawa misi yang mulia dengan memperkenalkan fashion berkelanjutan. Mereka menggunakan sisa bahan dari koleksi sebelumnya untuk menciptakan tas pesta yang cantik dan unik. Ini adalah langkah yang sangat penting dalam mengurangi limbah fashion yang semakin mengkhawatirkan.

Dengan pendekatan ini, BAGSI tidak hanya menawarkan produk yang menarik, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Kesadaran akan pentingnya fashion berkelanjutan semakin meningkat, dan BAGSI menjadi salah satu pelopor dalam hal ini.

3. Inspirasi Gaya Bohemian untuk Lebaran 2025

Lebaran 2025 ini, koleksi dari Kepompong Kupu-Kupu menjadi pilihan utama para selebriti untuk tampil beda. Desain yang elegan dengan sentuhan bohemian yang tidak berlebihan mampu memberikan kesan glamor namun tetap santai. Ini adalah kombinasi yang sempurna untuk momen penuh kebahagiaan seperti Lebaran.

Dengan gaya yang autentik, Kepompong Kupu-Kupu berhasil menarik perhatian para penggemarnya. Mereka tidak hanya menyasar kalangan muda, tetapi juga berhasil menjangkau generasi yang lebih tua, termasuk Baby Boomer yang kini mulai berani bereksperimen dengan gaya bohemian.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Panduan Cerdas Mudik Bersama Bayi, Tips Aman dan Nyaman di Dalam Mobil!

Panduan Cerdas Mudik Bersama Bayi, Tips Aman dan Nyaman di Dalam Mobil!

Copyright: Ilustrasi mudik bersama balita (credit: pexels.com/Kampus Production)

Kapanlagi.com – Mudik, sebuah tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya Indonesia, selalu menjadi momen yang dinanti-nanti, terutama saat Lebaran tiba. Namun, bagi para orang tua yang memiliki bayi, perjalanan panjang dengan mobil bisa menjadi tantangan yang cukup menguras energi.

Bayi yang belum terbiasa melakukan perjalanan jauh sering kali merasa tidak nyaman, rewel, dan bahkan bisa berisiko mengalami masalah kesehatan. Sebelum mengajak si kecil berpetualang, pastikan bayi Anda sudah berusia minimal tiga bulan.

Namun, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan agar perjalanan mudik tetap aman dan nyaman bagi buah hati Anda. Persiapkan kesehatan bayi dengan baik, pastikan kendaraan dalam kondisi prima, bawa perlengkapan yang diperlukan, dan atur jadwal perjalanan yang tepat.

Dengan persiapan yang matang, perjalanan mudik bersama bayi tidak akan menjadi beban, melainkan bisa menjadi pengalaman berharga dan menyenangkan untuk seluruh keluarga. Selamat mudik!

1. Pastikan Kondisi Kesehatan Bayi Sebelum Berangkat

Sebelum memulai petualangan jauh bersama si kecil, pastikan terlebih dahulu bahwa bayi dalam kondisi prima. Perjalanan panjang bisa menjadi tantangan tersendiri bagi bayi yang rentan terhadap kelelahan dan penyakit.

Oleh karena itu, lakukanlah pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat. Jika si kecil baru saja pulih dari sakit atau demam, lebih baik tunda perjalanan hingga dia benar-benar bugar.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkinan kebutuhan suplemen atau vaksinasi sebelum berangkat. Selain itu, siapkan kotak P3K dengan obat-obatan penting seperti termometer, obat demam, plester, dan antiseptik untuk antisipasi.

Jangan lupa juga untuk membawa mainan kesayangan bayi, karena benda tersebut bisa menjadi pengalihan yang menyenangkan dan membantu menjaga suasana hati si kecil tetap ceria selama perjalanan.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Pilih Waktu Perjalanan yang Tepat

Waktu keberangkatan adalah kunci untuk memastikan kenyamanan si kecil selama perjalanan.

Untuk menghindari kemacetan yang bisa mengganggu suasana hati bayi, terutama menjelang Lebaran, pilihlah untuk berangkat di pagi atau sore hari ketika udara lebih sejuk dan jalanan lebih lengang.

Idealnya, sesuaikan waktu perjalanan dengan jam tidur bayi agar ia bisa beristirahat dengan nyaman. Hindari bepergian di malam hari jika bayi masih memerlukan rutinitas tidur yang teratur.

Selain itu, jika memungkinkan, jangan bepergian dengan rombongan besar; menggunakan mobil pribadi memberikan kebebasan bagi orang tua untuk menentukan kapan harus beristirahat dan di mana harus berhenti, sehingga perjalanan menjadi lebih menyenangkan bagi semua.

3. Gunakan Car Seat agar Lebih Aman

Keselamatan bayi saat bepergian adalah hal yang tak boleh diabaikan! Dalam perjalanan panjang, jangan pernah memanggku si kecil, karena risiko cedera akibat pengereman mendadak sangat mengintai.

Sebagai solusinya, penggunaan baby car seat menjadi suatu keharusan. Pilihlah car seat yang sesuai dengan usia dan berat bayi agar keamanan maksimal dapat terjamin.

Pastikan car seat terpasang dengan benar di kursi belakang dan sabuk pengaman digunakan dengan baik. Untuk melindungi si buah hati dari sinar matahari langsung, tambahkan tirai jendela atau sunshade.

Dengan car seat yang nyaman, bayi pun bisa duduk stabil dan merasa senyaman mungkin, sehingga risiko rewel pun bisa diminimalisir selama perjalanan.

4. Bawa Perlengkapan Bayi Secukupnya

Perjalanan dengan bayi memang penuh tantangan, terutama saat mengatur perlengkapan yang dibutuhkan.

Agar tetap praktis dan tidak merepotkan, sebaiknya pisahkan barang-barang ke dalam dua tas: tas utama yang berisi popok, tisu basah, susu formula, makanan bayi, pakaian ganti, dan selimut, serta tas cadangan yang menyimpan perlengkapan mandi, mainan, obat-obatan, dan perlengkapan tambahan lainnya.

Jangan lupa untuk memastikan si kecil tetap terhidrasi selama perjalanan! Jika bayi Anda masih menyusu, berikan ASI atau susu formula sesuai jadwalnya.

Dan bagi yang sudah mulai menikmati MPASI, siapkan camilan sehat agar perutnya selalu terisi. Siap berpetualang dengan si kecil!

5. Berhenti Secara Berkala untuk Istirahat

Perjalanan panjang bisa menjadi tantangan tersendiri bagi si kecil, yang sering kali merasa jenuh dan lelah. Untuk menjaga suasana hati bayi tetap ceria, penting untuk berhenti setiap 2-3 jam agar ia bisa beristirahat dan bergerak bebas.

Pilihlah tempat peristirahatan yang bersih dan nyaman untuk mengganti popok atau memberi makan, dan beri kesempatan bagi bayi untuk merangkak atau berjalan sebentar di area yang aman.

Jika si kecil mulai rewel, pijatan lembut bisa menjadi solusi ampuh untuk menenangkan dan membuatnya lebih rileks.

Dengan memberikan jeda dalam perjalanan, Anda membantu bayi tetap nyaman dan bahagia selama momen mudik yang penuh petualangan ini.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Mengapa Lebaran Identik dengan Baju Baru? Begini Asal-Usulnya

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia memiliki akar yang kompleks, dipengaruhi oleh ag

Kapanlagi.com – Lebaran, atau Idul Fitri, merupakan momen yang sangat dinanti oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan ini adalah mengenakan baju baru. Namun, tahukah kamu bahwa tradisi ini memiliki asal-usul yang cukup menarik?

Tradisi memakai baju baru saat Lebaran di Indonesia tidak hanya sekadar mengikuti tren, tetapi juga mengandung nilai-nilai yang dalam. Pengaruh agama, budaya lokal, sejarah, dan dinamika ekonomi modern telah membentuk kebiasaan ini menjadi sesuatu yang istimewa. Setiap tahun, masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru menjelang Lebaran, dan ini bukan tanpa alasan.

Ajaran Islam menganjurkan kebersihan dan kerapian, terutama pada hari raya. Dalam hadis, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk mengenakan pakaian terbaik saat merayakan hari raya. Hal ini menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk selalu tampil bersih dan rapi, yang kemudian berkembang menjadi tradisi memakai baju baru saat Lebaran.

1. Pengaruh Agama dan Budaya Nusantara

Dikutip dari merdeka.com, Tradisi mengenakan baju baru saat Idul Fitri ternyata sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten pada tahun 1596, seperti yang tercatat dalam buku Sejarah Nasional Indonesia oleh Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. Pada masa itu, hanya kalangan kerajaan yang mampu membeli pakaian bagus untuk merayakan Lebaran, sementara rakyat biasa harus menjahit pakaian mereka sendiri.

Menjelang hari raya, fenomena menarik terjadi ketika sejumlah petani beralih profesi menjadi penjahit dalam waktu singkat, memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat pakaian baru bagi masyarakat yang ingin tampil lebih baik saat Idul Fitri. Tradisi ini memiliki akar yang dalam di masyarakat Indonesia. Sebelum pengaruh luar datang, masyarakat, terutama petani, hanya mampu membeli atau membuat pakaian baru setahun sekali, bertepatan dengan hari raya.

Kebiasaan ini kemudian menjadi tradisi turun-temurun yang terus dilestarikan hingga saat ini. Pengaruh agama juga sangat kuat dalam tradisi ini, di mana ajaran Islam mendorong umatnya untuk merayakan hari raya dengan penuh suka cita, termasuk dalam hal penampilan. Kerapian dan kebersihan menjadi simbol penghormatan terhadap hari besar tersebut. Sebelum masa kolonial, masyarakat Indonesia sudah memiliki tradisi berpakaian baru saat merayakan hari raya, mencerminkan kebudayaan lokal yang kaya dan beragam.

Jika dihitung dari 1596 hingga 2025, tradisi baju baru saat Lebaran di Kesultanan Banten sudah berlangsung selama 429 tahun. Namun, perlu diingat bahwa catatan-catatan ini mungkin tidak merepresentasikan seluruh masyarakat Indonesia pada masa itu. Iklan dan media massa juga berperan dalam memperkuat tradisi ini dengan menciptakan ‘mitos’ baju baru sebagai simbol kasih sayang dan kebahagiaan Lebaran.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Pengaruh Kolonial dan Era Modern

Pada masa kolonial, tradisi memakai pakaian terbaik saat Lebaran mulai menunjukkan status sosial, terutama di kalangan bangsawan dan priyayi. Memakai pakaian baru menjadi simbol status yang kemudian menyebar ke masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tidak hanya berkaitan dengan agama, tetapi juga dengan stratifikasi sosial.

Fenomena serupa juga terjadi di Kerajaan Mataram Baru Yogyakarta. Menjelang Idul Fitri, masyarakat Yogyakarta beramai-ramai mencari pakaian baru, baik dengan membeli maupun menjahit sendiri. Tradisi ini menjadi bukti bahwa kebiasaan mengenakan baju baru saat lebaran telah tersebar di berbagai daerah sejak masa lampau.

Di era modern, industri fesyen dan promosi besar-besaran menjelang Lebaran semakin memperkuat tradisi ini. Diskon dan tren mode mendorong masyarakat untuk membeli baju baru, meskipun sebenarnya tidak ada keharusan agama untuk melakukannya. Masyarakat terjebak dalam siklus konsumerisme yang semakin meningkat.

3. Makna dan Esensi Tradisi Baju Baru

Meskipun terkadang dikaitkan dengan konsumerisme, makna dari tradisi memakai baju baru tetap positif. Tradisi ini melambangkan semangat baru, kesucian, dan perayaan kemenangan setelah bulan Ramadan. Baju baru menjadi simbol penghormatan terhadap hari raya dan kesempatan untuk memperbarui penampilan.

Tradisi ini juga menjadi momen untuk berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan teman. Baju baru menjadi simbol kasih sayang, di mana banyak orang memilih untuk membeli pakaian baru sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan.

4. Tradisi Memakai Baju Baru: Sunnah atau Kebiasaan?

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata,”Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan. (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Tradisi mengenakan pakaian baru saat Lebaran sering kali dianggap sebagai bagian dari sunnah, meskipun sebenarnya tidak ada kewajiban bagi umat Muslim untuk membeli pakaian baru pada momen tersebut. Banyak di antara kita yang memilih untuk mengenakan pakaian yang sudah ada di lemari.

Namun, tradisi ini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia, menambah semarak dan keceriaan suasana. Dalam Al-Qur’an, meskipun tidak ada perintah khusus untuk mengenakan pakaian baru saat Lebaran, ada ayat yang menekankan pentingnya berpakaian dengan baik, terutama saat beribadah.

Allah berfirman dalam Surah Al-A’raf ayat 31:

Artinya: Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Ayat ini mengingatkan kita untuk tampil rapi dan sopan, terutama saat beribadah. Ini dapat diartikan sebagai anjuran untuk mengenakan pakaian terbaik yang kita miliki, termasuk saat merayakan hari-hari besar seperti Lebaran. Dengan demikian, meskipun tidak ada kewajiban untuk membeli pakaian baru, mengenakan pakaian terbaik kita saat Lebaran bisa menjadi wujud rasa syukur dan penghormatan terhadap hari yang suci ini.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Kreasi 5 Resep Gulai Ayam Lezat, Cocok untuk Menu Spesial di Rumah

Kreasi 5 Resep Gulai Ayam Lezat, Cocok untuk Menu Spesial di Rumah

gulai ayam

Kapanlagi.com – Gulai ayam adalah salah satu hidangan khas Nusantara yang kaya akan rempah dan memiliki cita rasa gurih yang menggoda. Kuahnya yang kental berpadu dengan bumbu seperti kunyit, jahe, serai, dan santan, menciptakan rasa yang begitu lezat. Hidangan ini populer di berbagai daerah, terutama di Sumatra, Jawa, dan daerah lain yang memiliki tradisi masakan bersantan.

Setiap daerah memiliki variasi gulai ayam yang unik. Ada yang menggunakan ayam kampung untuk rasa lebih gurih, ada pula yang menambahkan bahan tambahan seperti kentang, nanas, atau bahkan bumbu kari untuk menciptakan cita rasa yang berbeda. Dengan berbagai variasi ini, gulai ayam dapat disesuaikan dengan selera masing-masing keluarga.

Berikut adalah beberapa resep gulai ayam yang bisa Anda coba di rumah, mulai dari versi Minang yang autentik hingga kreasi unik dengan bahan tambahan yang menarik.

1. 1. Resep Gulai Ayam Biasa

Bahan-bahan:

  • 1 ekor ayam (sekitar 900 gram), potong sesuai selera
  • 1 sendok makan air jeruk nipis
  • 1 sendok teh garam
  • 2 sendok makan bumbu kari bubuk
  • 3 sendok makan minyak goreng
  • 2 batang serai, bagian putihnya, memarkan
  • 4 cm lengkuas, memarkan
  • 10 lembar daun jeruk, buang tulang daunnya
  • Bumbu halus: bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, jahe, ketumbar, lada (jumlahnya bisa disesuaikan selera)
  • Santan (sesuai selera, bisa menggunakan santan kara atau santan dari kelapa segar)
  • Air secukupnya

Cara Membuat:

  1. Lumuri ayam dengan air jeruk nipis dan garam. Diamkan sebentar.
  2. Tumis bumbu halus hingga harum. Tambahkan serai, lengkuas, dan daun jeruk. Tumis hingga layu.
  3. Masukkan ayam, aduk hingga berubah warna.
  4. Tuang santan dan air secukupnya. Masak hingga ayam empuk dan kuah mengental. Aduk sesekali agar santan tidak pecah.
  5. Tambahkan bumbu kari bubuk. Aduk rata dan masak hingga meresap.
  6. Koreksi rasa dengan garam dan gula.
  7. Angkat dan sajikan.

2. Resep Gulai Ayam Padang

Porsi: 6 orang

Waktu memasak: 30 menit

Bahan-bahan:

  • 500 gram ayam, potong-potong
  • 400 ml santan (dari 1/4 butir kelapa)
  • Bumbu Cemplung:
  • 1 lembar daun kunyit
  • 2 lembar daun jeruk, sobek-sobek
  • 1 batang serai, memarkan
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 1/2 sdt gula merah
  • 1/2 sdt asam jawa
  • 2 butir cengkeh
  • 3 cm kayu manis

Bumbu Halus:

  • 5 butir bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 2 butir kemiri, sangrai
  • 7 buah cabai merah
  • 2 cm kunyit
  • 1/2 sdt jintan, sangrai
  • 2 cm jahe
  • 1/2 sdt merica bubuk
  • 1/2 sdt ketumbar, sangrai
  • 1 sdt garam
  • 1 1/2 sdt gula pasir

Cara Membuat:

  1. Campurkan santan, bumbu halus, dan semua bahan kecuali ayam dalam panci.
  2. Masak dengan api sedang sambil terus diaduk hingga mendidih dan wangi.
  3. Tambahkan potongan ayam ke dalam santan berbumbu.
  4. Masak sambil terus diaduk agar santan tidak pecah.
  5. Masak hingga ayam matang dan bumbu meresap, serta kuah mengental.
  6. Angkat dan sajikan gulai ayam Padang selagi hangat bersama nasi putih.

Tips:

  • Gunakan santan segar agar rasa lebih gurih.
  • Aduk santan secara perlahan saat memasak agar tidak pecah.
  • Tambahkan kentang atau kacang panjang untuk variasi.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. 3. Resep Gulai Ayam Lemak Khas Malaysia

Porsi: 4–6 orang

Waktu memasak: 45 menit

Bahan-bahan:

  • 1 ekor ayam kampung, potong sesuai selera
  • 200 ml santan pekat
  • 500 ml air
  • 1–2 buah asam kandis
  • 2 lembar daun jeruk, iris halus
  • Garam secukupnya
  • Cabai rawit utuh secukupnya

Bahan Marinasi:

  • 1 sdt kunyit bubuk
  • 1 sdm minyak sayur
  • 2 sdm air lemon atau jeruk nipis
  • Garam secukupnya

Bumbu Halus:

  • 2 buah bawang merah besar (atau 10 siung bawang merah kecil)
  • 2 ruas kunyit (atau 1 sdm kunyit bubuk)
  • 20 buah cabai rawit (sesuai selera)
  • 2 lembar daun jeruk

Cara Membuat:

  1. Lumuri ayam dengan bahan marinasi.
  2. Diamkan selama 15 menit agar bumbu meresap.
  3. Haluskan semua bumbu halus.
  4. Panaskan sedikit minyak, lalu tumis bumbu hingga harum.
  5. Masukkan ayam yang sudah dimarinasi ke dalam wajan.
  6. Aduk rata hingga ayam berubah warna dan bumbu meresap.
  7. Tuangkan air dan masak hingga ayam setengah empuk.
  8. Masukkan santan pekat dan asam kandis. Aduk perlahan agar santan tidak pecah.
  9. Tambahkan cabai rawit utuh, daun jeruk iris, dan garam secukupnya.
  10. Masak hingga ayam matang dan kuah mengental.
  11. Koreksi rasa, angkat, dan sajikan.

Tips:

  • Aduk santan perlahan agar tidak pecah.
  • Gunakan ayam kampung untuk rasa lebih gurih.
  • Sajikan dengan nasi putih hangat dan acar timun untuk rasa yang lebih segar.

4. Resep Gulai Ayam Tanpa Santan

Porsi: 4–6 orang

Waktu memasak: 45 menit

Bahan-bahan:

  • 500 gram ayam, potong-potong
  • 1 batang serai, memarkan
  • 3 lembar daun jeruk
  • 2 lembar daun salam
  • 3 cm lengkuas, memarkan
  • 2 cm jahe, memarkan
  • 1 sdt asam jawa, larutkan dengan sedikit air
  • 600 ml air

Bumbu Halus:

  • 5 butir bawang merah
  • 3 siung bawang putih
  • 2 butir kemiri, sangrai
  • 7 buah cabai merah keriting
  • 2 cm kunyit
  • 1/2 sdt ketumbar, sangrai
  • 1/2 sdt jintan, sangrai
  • 1/2 sdt lada bubuk
  • 1 sdt garam
  • 1 sdt gula merah

Cara Membuat:

  1. Panaskan sedikit minyak, lalu tumis bumbu halus hingga harum.
  2. Masukkan serai, daun jeruk, daun salam, lengkuas, dan jahe. Aduk rata hingga bumbu matang.
  3. Masukkan ayam, aduk hingga berubah warna dan bumbu meresap.
  4. Tuangkan air, lalu masak dengan api sedang hingga ayam empuk.
  5. Tambahkan air asam jawa, garam, dan gula merah. Aduk rata dan masak hingga kuah sedikit mengental.
  6. Koreksi rasa, angkat, dan sajikan hangat.

Tips:

  • Bisa mengganti air dengan susu cair atau fiber creme untuk sensasi lebih creamy.
  • Jika suka pedas, tambahkan cabai rawit utuh saat memasak.
  • Sajikan dengan nasi hangat dan pelengkap seperti acar atau kerupuk.

3. 5. Resep Gulai Ayam dengan Kentang

Porsi: 4–6 orang

Waktu memasak: 45 menit

Bahan-bahan:

  • 500 gram ayam, potong-potong
  • 3 buah kentang ukuran sedang, kupas dan belah empat
  • 2 lembar daun salam
  • 3 lembar daun jeruk
  • 1 batang serai, geprek
  • 1 lembar daun kunyit, simpulkan
  • 800 ml air
  • 65 ml santan instan (atau santan segar sesuai selera)
  • Garam dan gula secukupnya
  • Minyak untuk menumis

Bumbu Halus:

  • 8 siung bawang merah
  • 6 siung bawang putih
  • 2 buah cabai merah besar
  • 3 buah cabai merah keriting
  • 2 ruas jahe
  • 2 ruas lengkuas
  • 1 ruas kunyit
  • 3 butir kemiri, sangrai
  • 1 sdt ketumbar, sangrai
  • 1/2 sdt merica bubuk

Cara Membuat:

  1. Panaskan minyak, lalu tumis bumbu halus hingga harum dan matang.
  2. Masukkan serai, daun jeruk, daun salam, dan daun kunyit. Aduk rata.
  3. Tambahkan ayam, aduk hingga berubah warna.
  4. Tuangkan air, lalu masak hingga ayam setengah matang.
  5. Masukkan kentang dan aduk rata.
  6. Tambahkan garam dan gula sesuai selera.
  7. Masukkan santan instan, aduk perlahan agar tidak pecah.
  8. Masak dengan api kecil hingga ayam dan kentang empuk, serta kuah mengental.
  9. Koreksi rasa, angkat, dan sajikan gulai ayam kentang dengan nasi hangat.

Tips:

  • Aduk santan perlahan agar tidak pecah.
  • Bisa menambahkan telur rebus untuk variasi.
  • Gunakan ayam kampung untuk rasa lebih gurih.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Minuman Menyegarkan yang Aman untuk Penderita Asam Urat saat Lebaran

Minuman Menyegarkan yang Aman untuk Penderita Asam Urat saat Lebaran

Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kendalikan Asam Urat di Momen Lebaran

Kapanlagi.com – Lebaran identik dengan hidangan lezat seperti opor ayam, rendang, dan aneka makanan bersantan. Namun, bagi penderita asam urat, mengonsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah, jeroan, dan seafood dapat memicu nyeri sendi yang menyiksa. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dengan mengonsumsi minuman sehat yang dapat membantu menurunkan kadar asam urat.

Bukan bercita rasa pahit, minuman sehat untuk mengatasi asam urat ini justru menyegarkan bahkan mengobati dahaga. Iya, karena bahan utamanya berasal dari jus berbagai jenis buah yang terbukti mampu mengatasi penyakit tersebut. Beberapa jenis jus buah dikenal efektif dan terbukti karena mengandung vitamin C tinggi dan senyawa antioksidan yang berfungsi mengurangi peradangan serta mempercepat pengeluaran asam urat melalui ginjal.

Lantas, minuman apa saja yang bisa membantu mencegah asam urat kambuh saat Lebaran? Simak rekomendasi lengkapnya berikut ini, sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.

1. Jus Jeruk: Kaya Vitamin C untuk Menurunkan Asam Urat

Dilansir dari laman alodokter.com, jeruk adalah salah satu buah yang kaya akan vitamin C, yang berperan dalam menghambat produksi asam urat berlebih di dalam tubuh. Vitamin C membantu ginjal dalam membuang asam urat lebih efisien, sehingga dapat mengurangi risiko peradangan pada sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat.

Namun, meskipun jus jeruk memiliki manfaat bagi penderita asam urat, konsumsi berlebihan tetap harus dihindari. Kandungan fruktosa dalam jus jeruk dapat meningkatkan kadar asam urat jika dikonsumsi secara berlebihan. Oleh karena itu, sebaiknya jus ini dikonsumsi dalam porsi yang wajar dan tanpa tambahan gula.

Cara membuatnya cukup mudah, cukup peras dua hingga tiga buah jeruk segar, lalu campurkan dengan sedikit air jika ingin mengurangi rasa asamnya. Jus jeruk paling baik dikonsumsi di pagi hari sebagai pendamping sarapan sehat.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Jus Kiwi: Sumber Antioksidan yang Menyehatkan Sendi

Buah kiwi merupakan salah satu pilihan terbaik untuk dikonsumsi penderita asam urat karena memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan jeruk. Vitamin C berperan dalam meningkatkan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah.

Selain itu, kiwi juga mengandung antioksidan kuat yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari peradangan akibat akumulasi kristal asam urat di persendian. Kandungan serat yang tinggi dalam buah ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan pencernaan.

Untuk membuat jus kiwi, cukup kupas dua buah kiwi, potong-potong, lalu blender dengan segelas air dingin. Jus kiwi bisa dikombinasikan dengan sedikit perasan lemon untuk menambah kesegarannya dan meningkatkan manfaat antioksidannya.

3. Jus Timun: Minuman Alami Penurun Asam Urat

Timun dikenal sebagai salah satu sayuran dengan kandungan air yang tinggi dan rendah purin, sehingga sangat aman untuk dikonsumsi penderita asam urat. Selain itu, timun juga mengandung vitamin K dan senyawa antiinflamasi yang dapat membantu meredakan peradangan pada persendian akibat asam urat tinggi.

Minum jus timun secara rutin dapat membantu proses detoksifikasi tubuh dengan mempercepat pengeluaran zat-zat berlebih melalui urin, termasuk asam urat. Dengan demikian, risiko terjadinya serangan asam urat dapat diminimalkan.

Untuk membuat jus timun, cukup blender satu buah timun dengan segelas air dan tambahkan sedikit perasan lemon untuk rasa yang lebih segar. Minuman ini cocok dikonsumsi di siang hari untuk memberikan efek menyegarkan dan membantu menjaga hidrasi tubuh.

4. Jus Stroberi: Kaya Antioksidan untuk Mengurangi Peradangan

Stroberi merupakan buah yang kaya akan antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin C, yang berperan dalam mengurangi kadar asam urat dalam darah. Selain itu, stroberi memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu meredakan nyeri sendi akibat asam urat.

Studi menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam stroberi lebih tinggi dibandingkan jeruk, sehingga buah ini bisa menjadi alternatif yang lebih baik bagi penderita asam urat. Selain itu, stroberi juga memiliki indeks glikemik rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes yang juga memiliki masalah dengan kadar asam urat tinggi.

Untuk membuat jus stroberi, cukup campurkan segenggam stroberi segar dengan air dingin, lalu blender hingga halus. Tambahkan madu alami jika ingin menambah sedikit rasa manis tanpa meningkatkan kadar gula darah.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Biar Nggak Kaku, Begini Cara Mudah Mengawali Obrolan dengan Saudara Jauh

Biar Nggak Kaku, Begini Cara Mudah Mengawali Obrolan dengan Saudara Jauh

Temukan cara mengawali obrolan dengan saudara jauh saat Lebaran agar suasana lebih hangat dan menyen

Kapanlagi.com – Lebaran adalah momen spesial yang dinanti-nanti oleh banyak orang, termasuk saat berkumpul dengan saudara jauh yang jarang bertemu. Namun, seringkali suasana bisa terasa canggung, terutama jika sudah lama tidak berinteraksi.

Guna mengatasi momen-momen canggung tersebut, berikut adalah beberapa cara mengawali obrolan dengan saudara jauh agar suasana Lebaran jadi lebih hangat dan menyenangkan.

1. Ajak Nostalgia

Pertama-tama, penting untuk memulai dengan kenangan indah atau cerita lucu. Cobalah untuk mengungkit momen-momen menyenangkan yang pernah kalian alami bersama di masa lalu. Misalnya, kamu bisa mulai dengan, ‘Ingat nggak waktu kita kecil, pas kita… (sebutkan kejadian lucu atau menyenangkan)?’ Ini bisa menjadi jembatan untuk membuka percakapan yang lebih mengalir. Setelah itu, jangan lupa untuk menanyakan kabar mereka saat ini.

Kedua, tunjukkan ketertarikan dan empati saat mereka berbicara. Berikan perhatian penuh dan ajukan pertanyaan lanjutan yang menunjukkan bahwa kamu benar-benar mendengarkan. Jika mereka bercerita tentang pekerjaan, misalnya, tanyakan detailnya dan berikan tanggapan yang menunjukkan kamu peduli. Ini akan membuat mereka merasa dihargai dan lebih nyaman untuk berbagi cerita.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Persiapkan Topik Percakapan yang Menarik

Ketiga, mempersiapkan beberapa topik percakapan ringan bisa sangat membantu. Meskipun spontanitas itu penting, memiliki beberapa topik netral seperti hobi, perjalanan, film, atau makanan bisa menjadi pembuka yang baik. Hindari topik-topik sensitif atau kontroversial, terutama jika kamu belum terlalu mengenal mereka.

Keempat, bersikaplah santai dan ramah. Sikapmu sangat berpengaruh terhadap suasana percakapan. Senyum, kontak mata, dan bahasa tubuh yang terbuka akan membuat mereka merasa lebih nyaman. Menawarkan makanan atau minuman juga bisa menjadi cara yang efektif untuk mencairkan suasana.

3. Dengarkan dengan Aktif dan Responsif

Selanjutnya, penting untuk mendengarkan dengan aktif dan responsif. Jangan hanya fokus pada apa yang ingin kamu katakan. Dengarkan dengan seksama apa yang mereka bicarakan, berikan tanggapan yang relevan, dan ajukan pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikanmu. Percakapan yang baik adalah percakapan dua arah.

Ketika percakapan mulai mengarah ke topik yang negatif atau membuat tidak nyaman, alihkan pembicaraan ke topik yang lebih positif. Misalnya, jika pembicaraan tentang politik menjadi panas, kamu bisa mengalihkan ke topik tentang makanan Lebaran atau rencana liburan yang menyenangkan.

4. Gunakan Pertanyaan Sederhana sebagai Pembuka

Gunakan pertanyaan sederhana untuk memulai, seperti ‘Bagaimana kabarmu?’, ‘Apa yang kamu kerjakan sekarang?’, atau ‘Bagaimana liburanmu?’ Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi pembuka yang efektif untuk memulai percakapan. Jangan takut untuk memulai, meskipun terkadang terasa sedikit canggung di awal.

Keheningan singkat dalam percakapan adalah hal yang wajar. Jika terjadi jeda, jangan panik. Manfaatkan momen tersebut untuk berpikir sejenak dan merencanakan topik percakapan selanjutnya.

5. Tips Tambahan untuk Percakapan yang Menyenangkan

Beberapa tips tambahan yang bisa kamu terapkan adalah meletakkan ponsel agar tidak mengganggu percakapan. Memberikan perhatian penuh menunjukkan rasa hormat dan ketertarikanmu. Gunakan bahasa tubuh yang mendukung, seperti mengangguk, tersenyum, dan kontak mata. Ingatlah bahwa tujuan utama adalah untuk mempererat silaturahmi. Jangan terlalu memikirkan kesempurnaan percakapan, yang penting adalah menikmati waktu bersama.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, kamu bisa mengawali obrolan dengan saudara jauh yang jarang bertemu dengan lebih percaya diri. Momen Lebaran akan terasa lebih hangat dan menyenangkan. Semoga Lebaranmu penuh berkah dan kebahagiaan!


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

KUBET – Asal-Usul Tradisi Uang Baru di Hari Raya, Ada Cerita di Balik Larangan Belanda

Asal-Usul Tradisi Uang Baru di Hari Raya, Ada Cerita di Balik Larangan Belanda

Asal-Usul Tradisi Uang Baru di Hari Raya, Ada Cerita di Balik Larangan Belanda

Kapanlagi.com – Setiap menjelang Lebaran, masyarakat Indonesia berbondong-bondong menukar uang lama dengan uang baru. Tradisi ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri, terutama bagi anak-anak yang menantikan “angpau” dari orang tua dan kerabat. Namun, dari mana asal-usul kebiasaan ini?

Ternyata, tradisi berbagi uang baru saat Lebaran sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Berawal dari kebiasaan kerajaan, berkembang menjadi bagian dari budaya masyarakat, bahkan sempat dilarang oleh penjajah. Kini, meskipun dunia semakin digital, tradisi ini tetap lestari.

Bagaimana sejarah dan perkembangan tradisi ini dari masa ke masa? Dirangkum dari berbagai sumber pada Selasa (1/4/2025), berikut penjelasannya.

1. Berawal dari Zaman Kerajaan Mataram Islam

Sejarah mencatat bahwa kebiasaan berbagi uang baru saat Lebaran sudah ada sejak abad ke-16. Pada masa Kerajaan Mataram Islam (abad ke-16 hingga ke-18), para raja dan bangsawan memberikan uang baru sebagai hadiah kepada anak-anak dan para pengikutnya saat Idul Fitri.

Hadiah ini bukan sekadar pemberian biasa, melainkan simbol rasa syukur setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Para raja dan bangsawan biasa memberikan uang baru sebagai hadiah kepada anak-anak para pengikutnya saat Idul Fitri. Hadiah uang baru tersebut mereka bagikan sebagai bentuk rasa syukur.

Pada masa itu, uang baru memiliki nilai lebih dibandingkan uang lama karena dianggap lebih bersih dan suci. Hal ini sejalan dengan makna Idul Fitri sebagai hari kemenangan dan kesucian setelah Ramadan.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)

2. Sempat Dilarang oleh Penjajah Belanda

Meskipun sudah berakar dalam budaya masyarakat, tradisi berbagi uang baru sempat mengalami hambatan. Pada masa penjajahan Belanda, praktik ini dianggap tidak etis dan dilarang.

Pelarangan ini dilakukan karena Belanda ingin mengontrol sistem ekonomi dan mengurangi peredaran uang di masyarakat. Namun, meskipun dilarang secara resmi, masyarakat tetap menjalankan tradisi ini secara diam-diam.

Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini kembali berkembang dan menjadi bagian dari budaya nasional. Bahkan, tidak hanya dilakukan oleh keluarga, tetapi juga mulai diadopsi oleh berbagai institusi dan perusahaan dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pekerja.

3. Tradisi Uang Baru dalam Masyarakat Modern

Seiring waktu, tradisi pemberian uang baru mengalami perubahan. Jika dahulu uang baru hanya diberikan kepada anak-anak, kini pemberian uang baru juga meluas ke orang dewasa, pembantu rumah tangga, hingga karyawan di berbagai perusahaan.

Menurut catatan sejarah, konsep THR pertama kali muncul pada era kabinet Soekiman Wirjosandjojo dari Partai Masyumi. Pemerintah saat itu memberikan tunjangan bagi aparatur negara untuk meningkatkan kesejahteraan mereka saat Lebaran. Konsep ini kemudian berkembang luas dan menjadi tradisi yang terus dipertahankan hingga sekarang.

Saat ini, selain memberikan uang tunai, banyak orang yang mulai menggunakan uang elektronik atau dompet digital untuk berbagi THR. Namun, meskipun teknologi berubah, makna dari tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai simbol kebersihan, kesucian, dan rasa syukur.

4. Hukum Memberi Uang Baru dalam Islam

  • Diperbolehkan dan Dianjurkan Jika Berniat Sedekah

Jika seseorang memberikan uang baru dengan niat membantu orang lain, terutama anak-anak, kerabat, atau mereka yang membutuhkan, maka hukumnya sunnah (dianjurkan) karena termasuk dalam sedekah dan mempererat tali silaturahmi.

“Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.”(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 594)

Hadis ini menunjukkan bahwa memberi hadiah, termasuk uang baru saat Lebaran, adalah perbuatan yang dapat mempererat hubungan antar sesama Muslim.

  • Tidak Boleh Jika Ada Unsur Riya atau Pamer

Jika memberi uang baru dilakukan untuk pamer kekayaan, mencari pujian, atau membebani diri sendiri agar terlihat dermawan, maka dikhawatirkan bisa jatuh ke dalam riya (pamer) yang dilarang dalam Islam.

Allah berfirman:

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, dan mereka tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Barang siapa yang menjadikan setan sebagai teman, maka ia adalah teman yang sangat buruk.”(QS. An-Nisa: 38)

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa pemberian uang baru dilakukan dengan niat ikhlas dan bukan sekadar untuk mencari pengakuan sosial.

  • Haram Jika Mengandung Unsur Riba atau Jual Beli Tidak Sah

Jika seseorang menukar uang lama dengan uang baru tetapi dikenakan biaya tambahan yang tidak sesuai syariat, ini bisa masuk dalam kategori riba, yang dilarang dalam Islam.

“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam harus ditukar dalam takaran yang sama dan dilakukan secara tunai. Barang siapa yang melebihkan atau meminta lebih, maka ia telah melakukan riba.”(HR. Muslim, no. 1584)

Dari hadis ini, ulama menyimpulkan bahwa penukaran uang lama dengan uang baru harus dalam jumlah yang sama dan tanpa tambahan biaya yang tidak wajar, karena jika ada biaya tambahan tanpa alasan yang jelas, maka itu termasuk riba.


(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)